Bandara Banyuwangi PT Angkasa Pura II sebagai Green Airport Pertama di Indonesia

07 July 2021

Jakarta, 7 Juli 2021 – Green building merupakan langkah penting untuk mencapai target net-zero emisi. Sektor bangunan dan konstruksi menyumbang hampir 40% dari emisi gas rumah kaca global tahunan (UNEP, 2020). Menyikapi road to net-zero emission Indonesia, Bandara Banyuwangi akan ditetapkan menjadi bandara hijau pertama di Indonesia.

Kick-off meeting Sertifikasi Green Building Bandara Banyuwangi di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura II dilaksanakan pada Jumat, 2 Juli 2021. Sertifikasi green building ini didukung oleh UNDP Indonesia dan Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen ESDM). EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui proyek Transformasi Pasar Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi (MTRE3). Selain itu, sertifikat akan dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Karena pandemi, kick-off meeting diadakan secara virtual.

Puspa Dewi selaku Direktur Konservasi Energi, Ditjen EBTKE, menyebutkan "Rendah karbon merupakan rencana pemerintah untuk melakukan tindakan efisiensi energi sehingga green building merupakan langkah untuk mewujudkannya." dia berkata. Ibu Dewi sangat mengapresiasi terwujudnya green building di bandara tersebut.

Dengan upaya ambisius dalam mengurangi perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca, bangunan hijau pasti akan memberikan solusi yang lebih baik bagi kehidupan kita yang menawarkan manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Agus Wialdi, Direktur Teknik PT. Angkasa Pura II menyampaikan “Green building ini akan menjadi pedoman bagi PT Angkasa Pura II untuk dapat menerapkan sertifikasi green building ke depan terhadap bandara-bandara lain di bawah PT Angkasa Pura II, untuk mengurangi gas karbon, menghemat energi, dan beralih ke lebih ramah lingkungan."

Agus Prabowo selaku Kepala Unit Lingkungan Hidup UNDP Indonesia mengatakan, “Acara ini merupakan sinergi antara UNDP Indonesia, Ditjen EBTKE-ESDM, dan PT Angkasa Pura II. Oleh karena itu, kita harus saling mendukung, agar bandara Banyuwangi dapat membawa dampak yang lebih besar untuk memulai awal baru gaya hidup hijau di Indonesia”. Ia menambahkan, “Jika ini berjalan dengan sukses, bandara ini akan menjadi katalis bagi bandara atau bangunan lain di Indonesia. Karena akan menular ke orang lain, sepertinya kita bisa mencapai target SDGs.”

Dijelaskan Agus, menerapkan gaya hidup hijau mengarah pada gaya hidup yang terbukti lebih sehat, bahkan akan menginspirasi Indonesia untuk memajukan strategi konservasi energi dan penggunaan energi terbarukan.

“Karena ini adalah roadmap menuju net-zero emission, menggunakan ventilasi alami, dengan panel surya dan berbagai cara dan metode menggunakan energi terbarukan di bandara dapat menjadi cara yang paling sehat dan juga langkah yang strategis.” kata Ketua Green Building Council Indonesia, Iwan Prijanto. Ia menambahkan, “Hijau juga sehat ini akan menjadi tonggak sejarah bagi negara kita tercinta.”

Ketiga institusi besar ini menunjukkan komitmen yang signifikan untuk mendekarbonisasi sektor bangunan, sebagai contoh bagi bangunan baru dan yang sudah ada untuk beralih ke bangunan hijau di depan.

Berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon, ini bukan satu-satunya bandara hijau yang ada di Indonesia.